Sabtu, 31 Mei 2008

Artikel Opini

VIRUS MAHASISWA: MENGKULTUSKAN SEBUAH PERGERAKAN SEBAGAI SESUATU YANG SAKRAL


Penulis adalah Sekjend Partai Oposisi (PO), mahasiswa PAI semester VI Jurusan Tarbiyah STAIN Kediri.

DITULIS UNTUK KAWAN-KAWANKU YANG SEDANG BERJOEANG DI KAMPUS STAIN KEDIRI DALAM RANGKA MENEGAKKAN DEMOKRASI MAHASISWA

Hidup Indonesia!

Hidup Mahasiswa!

Hidup Rakyat!

Salam demokrasi!

Mahasiswa merupakan salah satu elemen dari penyebab akan maju dan mundurnya bangsa Indonesia. Dan diakui atau tidak mahasiswa yang mempunyai status kaum elite (kelas menengah) mempunyai tanggung jawab dan konsekuensi logisnya. Sejarah Gerakan Mahasiswa (SGM) adalah salah satu bukti dari konsepsi mahasiswa untuk berjuang………

SGM menjadi kisah klasik bagi mahasiswa pada era 2008 ini dan yang akan datang dan ini tercatat dalam memori setiap mahasiswa diawalai dari masa orientasi masuknya mahasiwa di perguruan tinggi. Pergerakan mahasiswa yang dilakukan pada masa tempoe doeloe memberika sebauh arti yang mendalam pada masa sekarang. Dan romantisme SGM adalah sebuah virus bagi aktivis dan ini akan menjadikan sebuah kisah kelam aktivis jika tetap dirawat dan dipelihara. Karena bagaimanapun mahasiswa selain berstatus sebagai kelas menengah, ia sadar atau tidak adalah sebagai pioneers terbentuknya cendikiawan baru (dan ini akan terseleksi dengan sendirinya).[1]

Pada era 2008-2009 sekarang ini akankah mahasiswa-mahasiswa Indonesia membuat sejarah baru yang akan tercatat oleh ‘alat’ perekam mahasiswa yang akan datang? Atau mungkin pada era ini adalah masa-masa lahirnya para pecundang yang terpilih diantara pecundang-pecundang yang menjelma menjadi mahasiswa, dimana mereka menjadi korban sebuah tatanan ideologi yang menghayutkan dan di-‘mapan’-kan. Dan inilah salah satu gejala penyakit mahasiswa yang disebabkan oleh virus-virus laten yang sebenarnya ini sudah mewabah dan menjelma pasca lengsernya orde baru. Ironisnya, lalu virus mematikan itu bahkan menjadi candu bagi mahasiswa! Semakin dipelajari dan dikerjakan maka perasaan ketagihan akan tiba, dan inilah yang akan menyebabkan lahirnya fanatisme buta! Apalagi hakikatnya itu hanyalah kenikmatan semu belaka. Akankah mahasiswa bisa terbodohkan???? Seharusnya mahasiswa menjadi mahasiwa yang ‘sadar’ bukan manusia yang ‘hilang kesadaran’ atas apa yang sedang diperbuatnya dan apa yang akan diperbuatnya untuk sebuah kata ‘perjuangan’. Sehingga anarkisme bisa terkikiskan dari benak pelajar perguruan tinggi tersebut.

Kenyataan sekarang walaupun orde baru sudah lengser dan berganti masa reformasi, Mahasiswa tetap terbuai dan terikat oleh tatanan system yang berbau akademik entah itu nilai kuliah, kebijaksannya, atau mengadakan hubungan intim dengannya (walaupun itu juga atas nama sebuah ‘perjuangan’) dan kalau sudah begini apakah mahasiswa sudah memanfaatkan masa reformasi ini secara sepenuhnya?, mahasiswa terbuai oleh keinginan untuk berkuasa (baik berkuasa diranah politik kampus, atau menguasai rakyat tertindas dengan mengatasnamakan ‘pembela kaum lemah dan tertindas’ padahal kaum tertindas itu adalah digunakan dan dimanfaatkan sebagai kendaraan/amunisi untuk menyebarkan ideology dan kepentingannya.). Lalu apakah hanya itu fungsi mahasiswa yang sesungguhanya?? Betapa naïf, ternyata perjuangan mahasiswa masih terlalu parsial dan ekslusif. Sebagai calon cendikiawan seharusnya mahasiswa bisa berfikir bebas (dalam artian independent) tidak terikat dan mangikat diri pada ranah tertentu saja.

Term ‘perjuangan’ adalah sebuah istilah yang sangat skaral. Terlalu suci untuk sekedar dikatakan oleh mahasiswa yang partiality, dan sungguh betapa agung jika kata ‘perjuangan’ itu digabung menjadi ‘perjuangan mahasiswa’. Akan tetapi sekarang yang dianggap sacral dan agung oleh mahasiswa adalah gerakan dan tindakan untuk berjuang itu sendiri. Padahal gerakan perjuangan adalah sebuah hal yang profane, dan bukan hal yang harus kita anggap suci, karena boleh jadi cara kita berjuang itu masih salah kaprah. Tapi itu bukan berarti mahasiwa harus diam saja. Mahasiswa wajib tetap bergerak dengan tidak mengkultuskan pergerakan tersebut, akan tetapi pergerakan mahasiswa untuk berjuang itu dimaknai sebagai sebuah pembelajaran bagi mahasiswa bukan sebagai tindakan yang suci dan dianggap yang terbenar. Kalau sudah begitu apa makna dari sebuah pergerakan?????

Sampai kapan sandiwara ini akan berakhir……..????!!!!!

Salam perjuangan

Hidup Partai Oposisi!!!!!!

Hidup perjuangan!!!!!

Terima kasih



[1] Baca karya tulis berjudul ‘Independensi Cendikiawan Pada Era Modern’ di link Naga Hijau.


Tidak ada komentar: